Berita: newspost.my.id,-
Majene, H. Kalma Katta dikenal luas sebagai salah satu figur sentral dalam perjalanan politik di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Lahir pada 28 Januari 1952, namanya tak bisa dilepaskan dari dinamika birokrasi dan politik daerah selama lebih dari empat dekade terakhir.
Kariernya dimulai dari jalur birokrasi. Pada tahun 1977, ia tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten Majene. Dari sanalah, perlahan tapi pasti, Kalma menapaki tangga karier pemerintahan. Dua belas tahun kemudian, pada 1989, ia dipercaya memimpin instansi yang membesarkan namanya dengan menjabat sebagai Kepala Dinas PU Majene. Posisi itu ia emban selama satu dekade hingga 1999.
I
Selepas itu, Kalma diangkat sebagai Asisten Bidang Administrasi Pembangunan di Sekretariat Daerah Kabupaten Majene, sebuah jabatan yang semakin mengokohkan reputasinya sebagai birokrat berpengalaman. Namun, darah politik yang mulai mengalir dalam dirinya membuat langkahnya tak berhenti hanya pada jabatan struktural.
Pada tahun 2001, Kalma Katta memasuki panggung politik dengan menduduki kursi Wakil Bupati Majene, mendampingi Bupati saat itu, H. Muhammad Darwis. Kebersamaan mereka berlangsung selama lima tahun, sebelum akhirnya dinamika politik membawa Kalma ke persimpangan sejarah.
Tahun 2006 menjadi momentum penting. Untuk pertama kalinya, pemilihan kepala daerah digelar secara langsung oleh rakyat. Kalma yang maju sebagai calon Bupati menantang petahana, H. Muhammad Darwis. Pertarungan politik itu berakhir dengan kejutan: Kalma berhasil menumbangkan mantan pasangannya sendiri. Sejak saat itu, ia tercatat sebagai Bupati Majene dua periode, memimpin daerah tersebut dari 2006 hingga 2016.
Pengalaman dua periode sebagai kepala daerah mengukuhkan Kalma sebagai tokoh politik kawakan. Ia kemudian melebarkan langkah ke tingkat provinsi. Pada Pilgub Sulbar 2017, Kalma Katta maju sebagai calon wakil gubernur mendampingi Suhardi Duka (SDK). Namun, keberuntungan tidak berpihak. Pasangan mereka harus mengakui keunggulan rival politik, Ali Baal Masdar dan Enny Anggraeni, yang keluar sebagai pemenang.
Meski gagal di pentas gubernur, kiprah Kalma tidak berhenti. Pada periode 2019–2024, ia terpilih sebagai anggota DPRD Provinsi Sulawesi Barat dari daerah pemilihan Majene. Kehadiran Kalma di parlemen provinsi menjadi bukti bahwa magnet politiknya tetap kuat di mata masyarakat.
Namun, perjalanan panjang politik Kalma tidak selalu mulus. Dalam Pemilu serentak 2024, ia mencoba peruntungan baru dengan maju sebagai calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari daerah pemilihan Sulawesi Barat. Kali ini, perjuangannya tak membuahkan hasil. Ia gagal melenggang ke Senayan sebagai senator Sulbar.
Meski begitu, sejarah panjang pengabdian Kalma Katta—dari birokrat, kepala daerah, hingga legislator—membuatnya tetap dikenang sebagai “Bapak Politik Majene.” Sosoknya menjadi saksi hidup transformasi politik daerah, dari sistem perwakilan hingga pemilihan langsung, dari birokrasi yang kaku hingga kontestasi demokrasi yang dinamis. (Red)