Berita: newspost.my.id,-
Sulawesi Selatan Newspost.my.id“Ironi kopi Nusantara terselip di balik kata ‘habis’.”
Itulah jawaban yang nyaris selalu muncul tiap kali awak media mencoba mengonfirmasi stok kopi Sejati Nusantara. Habis. Satu kata yang berulang, seolah menjadi mantra, tanpa pernah ada penjelasan lebih jauh.
Namun belakangan, muncul sebuah pengakuan yang menambah kerumitan. “Saya bukan owner, hanya penyetok barang kopi Lingzie,” ujar seorang reseller yang namanya kerap terseret dalam pusaran distribusi kopi Sejati Nusantara.
Pernyataan itu justru menimbulkan tanda tanya. Bagaimana mungkin seorang penyetok kopi Lingzie, di saat bersamaan, bisa terhubung langsung dengan peredaran kopi Sejati Nusantara? Apakah sekadar kebetulan, atau ada simpul distribusi yang sengaja disamarkan?
Alih-alih meluruskan, jawaban itu justru membuka ruang kecurigaan baru: benarkah stok kopi Nusantara benar-benar kosong? Ataukah ada permainan distribusi yang mengalir senyap di balik label reseller?
Praktik “stok habis” yang diulang-ulang ini berpotensi merugikan konsumen dan menodai kepercayaan publik. Kopi bukan sekadar komoditas, ia adalah identitas, kebanggaan, sekaligus simbol kejujuran produk lokal. Ketika distribusinya dibalut kejanggalan, yang terciderai bukan hanya secangkir kopi—melainkan martabat Nusantara itu sendiri. (Tim. Red)
