Berita: newspost.my.id,-
Majene, Tempo – Nama Ratih Megasari Singkarru tak asing di telinga warga Sulawesi Barat. Politikus perempuan kelahiran 22 Oktober 1989 itu kini duduk sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulbar. Karier politiknya menanjak pesat, seiring kepeduliannya yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat: pendidikan.
Sejak menempati kursi parlemen, Ratih rajin menyalurkan program beasiswa gratis bagi pelajar di enam kabupaten di Sulbar. Dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bantuan itu tersebar merata. “Tak ada satu pun kabupaten yang luput dari perhatian,” ujar salah seorang kepala sekolah di Polewali Mandar.
Kebijakan Ratih menyalurkan beasiswa berangkat dari fakta tingginya angka anak putus sekolah di Sulbar. Data Dinas Pendidikan menyebutkan, ratusan pelajar terancam berhenti sekolah tiap tahun akibat ketiadaan biaya. Ratih mengaku prihatin dan menjadikan masalah ini sebagai prioritas kerjanya.
Meski begitu, tak sedikit yang menilai langkah Ratih bukan semata program populis. Ia disebut berhasil membangun jaringan dengan kementerian terkait sehingga alokasi program pendidikan pusat bisa dinikmati masyarakat daerah. “Ini kerja politik yang konkret, bukan hanya janji,” kata seorang akademisi Universitas Sulbar.
Di Senayan, Ratih masih tergolong muda. Namun sepak terjangnya membuktikan ia tak sekadar mengandalkan nama besar keluarga atau partai. Kiprahnya menekan angka anak putus sekolah di daerah merupakan taruhan politik sekaligus ujian amanah. Warga kini menunggu, apakah janji keberpihakannya terus berlanjut, atau sekadar jadi retorika lima tahunan.
Ratih Megasari Singkarru, Menyalakan Harapan Pendidikan di Sulbar
Mamuju, Kompas – Di hampir setiap pelosok Sulawesi Barat, nama Ratih Megasari Singkarru disebut dengan nada penuh hormat. Perempuan kelahiran 22 Oktober 1989 itu kini mengemban tugas sebagai anggota DPR RI mewakili daerah pemilihan Sulbar. Sejak awal masa baktinya, Ratih memilih jalur pengabdian yang paling dekat dengan masyarakat: pendidikan.
Kepedulian Ratih hadir dalam bentuk program beasiswa gratis bagi ribuan pelajar, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Program ini menjangkau enam kabupaten di Sulbar: Mamuju, Majene, Mamasa, Polewali Mandar, Pasangkayu, hingga Mamuju Tengah. Hampir di setiap sekolah, ada siswa yang merasakan manfaat beasiswa tersebut.
Bagi Ratih, pendidikan adalah pintu utama bagi kemajuan daerah. “Saya ingin memastikan anak-anak Sulbar tetap bersekolah, agar mereka memiliki kesempatan yang lebih baik daripada generasi sebelumnya,” ujarnya dalam sebuah kesempatan.
Di banyak desa, beasiswa itu menjadi penyelamat. Seorang ibu di Mamasa menceritakan bagaimana putrinya nyaris putus sekolah karena tak sanggup membayar biaya kuliah. Berkat bantuan program Ratih, sang anak kini bisa melanjutkan studinya. Kisah serupa terdengar di berbagai kabupaten lainnya.
Perhatian Ratih pada dunia pendidikan mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Selain menekan angka anak putus sekolah, langkah ini juga menumbuhkan optimisme baru di masyarakat. “Apa yang dilakukan Ibu Ratih bukan hanya soal bantuan materi, tetapi juga menyalakan harapan,” kata seorang tokoh masyarakat di Majene.
Di Senayan, Ratih masih muda. Namun dari Sulbar, ia membawa misi besar: membuktikan bahwa politik bisa bekerja untuk rakyat, bukan sekadar janji. Dan bagi masyarakat Sulbar, nama Ratih kini melekat sebagai simbol harapan akan masa depan pendidikan yang lebih baik. (Tim. Red)
