Soppeng, Sulawesi Selatan – Gelombang aksi demonstrasi mahasiswa kembali mewarnai halaman depan Kantor Kejaksaan Negeri (Kejari) Soppeng, Jalan Samudra, Senin (25/8/2025). Aksi yang menyoroti dugaan korupsi pengadaan alat dan mesin pertanian (alsintan) itu memantik diskusi hangat di tengah masyarakat.
Di satu sisi, aksi mahasiswa menyalakan harapan atas tegaknya hukum yang berkeadilan. Namun di sisi lain, muncul pula nada sumbang di media sosial. Seorang warganet dengan nama akun Anto Kasus melontarkan keraguan: “Benarkah semua ini hanya sandiwara, lagu lama yang diputar ulang?”
Suara Warga: Antara Sinis dan Optimis
Percakapan publik kian ramai, khususnya di sebuah grup medsos dengan sekitar 700 anggota di Kabupaten Soppeng. Beberapa unggahan bernada skeptis menyebut aksi mahasiswa dan respons aparat kejaksaan hanyalah pertunjukan yang sudah diatur—sekadar “lagu lama” untuk menenangkan masyarakat.
Sementara itu, desakan agar Kejari Soppeng serius mengusut kasus alsintan semakin kuat. Kasus ini disebut menyeret seorang mantan anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan berinisial SH, terkait anggaran tahun 2023.
Masyarakat menegaskan kasus jangan berhenti di panggung aksi. Mereka menuntut pelaku benar-benar diadili dan kerugian petani segera dipulihkan.
Beberapa komentar warganet mencerminkan polarisasi sikap:
“Kita sudah sering lihat aksi seperti ini. Awalnya semangat, tapi ujung-ujungnya tidak jelas. Jangan-jangan hanya cara menutupi sesuatu yang lebih besar.”
“Saya berharap kejaksaan serius. Jangan sampai kita dibodohi lagi dengan drama-drama seperti ini. Kasihan petani kita yang sudah lama menunggu keadilan.”
“Kita harus tetap positif. Bisa jadi ini awal yang baik untuk mengungkap kasus korupsi yang meresahkan masyarakat.”
“Jika kita terus mengawal kasus ini, keadilan pasti terwujud. Jangan biarkan koruptor lolos dari jerat hukum.”
Ujian bagi Kejari Soppeng
Isu yang bergulir di media sosial kini menjadi tantangan serius bagi Kejari Soppeng. Transparansi dan langkah konkret sangat dibutuhkan untuk membuktikan integritas lembaga penegak hukum tersebut di mata publik.
Masyarakat menunggu bukti nyata: apakah kejaksaan berani menuntaskan dugaan korupsi alsintan hingga ke akar-akarnya, atau justru membiarkannya tenggelam dalam keraguan publik.
Aksi mahasiswa, meski dihantui tudingan “sandiwara lagu lama”, tetap menjadi momentum penting untuk menagih komitmen aparat hukum. Kasus ini sekaligus menjadi ujian besar bagi integritas dan profesionalisme Kejaksaan Negeri Soppeng dalam membela kepentingan rakyat kecil, khususnya para petani. (***)
