
Berita: News Post.my.id,-
Polewali Mandar – Polemik terkait video seorang ibu asal Dusun Landu, Desa Piriang Tapiko, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang viral saat menyeberangi derasnya Sungai Mapi di tengah banjir, terus menuai perhatian publik. Isu yang menyebut aksi itu hanya sekadar “konten” kini mendapat bantahan keras dari pemerintah desa dan masyarakat setempat.
Sekretaris Desa Piriang Tapiko, Juddin, menegaskan bahwa tindakan ibu bernama Ani itu murni dorongan kebutuhan mendesak, bukan rekayasa untuk keperluan konten. “Sebagai aparat desa, kami menyatakan dengan tegas bahwa itu bukan konten. Beliau mempertaruhkan nyawa demi anaknya. Tuduhan seperti itu justru menyakiti perasaan warga,” ujar Juddin, Kamis (18/9/2025).
Pernyataan ini sekaligus merespons keterangan dari pihak BPBD Polewali Mandar, yang sebelumnya menyebut ada kemungkinan peristiwa tersebut merupakan bagian dari perekaman konten. Menurut warga, pernyataan itu dianggap tidak tepat dan terkesan sebagai pengalihan isu dari persoalan utama: buruknya akses dan minimnya infrastruktur penunjang di wilayah rawan bencana.
Sejumlah tokoh masyarakat juga angkat bicara. Mereka menilai pemerintah seharusnya fokus mencari solusi, bukan justru menyudutkan korban. “Fakta di lapangan jelas. Jalan satu-satunya terendam, dan satu-satunya cara menyeberang hanyalah melalui sungai. Ini bukan soal mencari sensasi, tapi soal bertahan hidup,” tutur salah seorang warga.
Kondisi Sungai Mapi memang sudah lama dikenal rawan meluap setiap musim hujan. Tak jarang, warga harus mempertaruhkan keselamatan hanya untuk beraktivitas sehari-hari. Ketiadaan jembatan penghubung serta jalur alternatif membuat masyarakat kerap terisolasi saat banjir datang.
Kini, masyarakat Desa Piriang Tapiko mendesak perhatian serius pemerintah daerah. Mereka berharap momentum viralnya video ini tidak hanya berhenti pada perdebatan isu “konten,” melainkan menjadi titik balik untuk menghadirkan solusi nyata. “Jangan salahkan warga. Yang dibutuhkan saat ini adalah pembangunan infrastruktur yang memadai agar tragedi serupa tidak terulang,” tegas Juddin menutup keterangannya. (Rudi.Redaktur)