
Berita: News Post.my.id,-
Polewali Mandar – 19/sep/2025 -- Jalan poros Besoangin yang menjadi salah satu jalur strategis penghubung Kabupaten Polewali Mandar (Polman) dan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, kini berada dalam kondisi sangat memprihatinkan. Meski berstatus jalan provinsi, ruas jalan tersebut justru tampak terabaikan. Retakan, lubang menganga, hingga badan jalan yang nyaris terputus akibat longsor menjadi pemandangan sehari-hari bagi pengguna jalan.
Padahal, jalan ini merupakan nadi transportasi masyarakat di wilayah pegunungan yang menghubungkan aktivitas ekonomi, pendidikan, hingga pelayanan kesehatan. Bagi warga, jalur ini bukan sekadar lintasan, tetapi penopang hidup mereka.
“Kalau musim hujan, banyak kendaraan yang terperosok karena jalannya licin dan berlubang. Kami seperti hidup di daerah yang diputus aksesnya,” kata Rahmat, seorang warga Besoangin, kepada Tempo.
Jalur Ekonomi yang Tersendat
Menurut catatan warga setempat, kondisi jalan poros Besoangin telah rusak bertahun-tahun. Truk pengangkut hasil bumi dari pegunungan, seperti kakao, kopi, dan cengkih, kerap kesulitan melintas. Ongkos distribusi pun meningkat karena kendaraan sering rusak di tengah jalan.
“Petani merugi karena harga jual turun. Barang kami sering terlambat masuk ke pasar Polewali maupun Majene,” ungkap Hasnah, seorang petani kakao.
Di sisi lain, siswa-siswa yang bersekolah di kota juga merasakan dampak besar. Jarak tempuh yang seharusnya hanya sekitar satu jam, kini bisa memakan waktu hingga tiga jam. Ambulans yang membawa pasien darurat pun kerap tertahan.
Status Jalan, Tanggung Jawab Siapa?
Meski berstatus jalan provinsi, warga menilai perhatian pemerintah provinsi Sulawesi Barat minim. Perbaikan yang dilakukan selama ini hanya tambal sulam dan tidak bertahan lama.
“Setiap kali musim politik, janji perbaikan jalan ini selalu digaungkan. Tapi setelah itu, kembali sunyi. Kami seperti dianaktirikan,” kata tokoh masyarakat Besoangin,
Sementara itu, menurut data Dinas PUPR Sulawesi Barat, anggaran perbaikan jalan provinsi memang terbatas. Dari total ribuan kilometer jalan provinsi, hanya sebagian kecil yang bisa ditangani setiap tahun. Jalan poros Besoangin, meski vital, masih tertunda penanganannya karena keterbatasan dana.
Ancaman Keselamatan
Investigasi lapangan Tempo mendapati titik-titik rawan longsor di sepanjang jalan Besoangin. Tanpa drainase memadai, air hujan menggerus badan jalan. Beberapa ruas sudah menyempit dan hanya bisa dilalui satu kendaraan. Risiko kecelakaan lalu lintas pun meningkat.
“Sudah banyak jatuh korban. Pengendara motor sering terpeleset, apalagi saat malam. Belum ada penerangan jalan sama sekali,” ujar Syamsul, relawan masyarakat yang sering membantu korban kecelakaan.
Desakan Warga
Warga mendesak pemerintah provinsi segera mengambil langkah nyata. Mereka menilai kondisi jalan poros Besoangin bukan sekadar isu infrastruktur, tetapi juga menyangkut keselamatan dan keadilan pembangunan.
“Kami tidak minta jalan mulus seperti di kota besar. Cukup jalan yang layak dilalui dan aman. Kalau begini terus, pembangunan hanya jadi slogan,” tegas Baharuddin.
Hingga kini, janji perbaikan jalan poros Besoangin masih sebatas wacana. Sementara itu, ribuan masyarakat yang menggantungkan hidup pada jalur ini harus terus berjibaku dengan jalan rusak yang seolah tak berujung. (Rudi. Redaktur)